Terimakasih Jogja (Malioboro Borobudur)

Assalamualaikum :) Hai hai hai....

Kalian mau liburan?
Jogja memang tempat yang cocok untuk mengisi hari libur; sebagai tempat melepas penat, tempat percutian, tempat nongkrong, atau bahkan tempat pelarian dari kenyataan hidup yang terlalu pahit 😂.
Kenapa? Karena kebahagiaan bisa dengan mudah ditemukan di sana. Percaya deh. Coba dulu!
Kali ini, akan saya ceritakan bagaimana saya menghabiskan 2 hari 1,3 malam saya di sana.
Saya datang dari Cirebon. Perjalanan dari Cirebon ke Yogyakarta dengan kereta memakan waktu cukup lama, sekitar 5,5 jam. Jadi pastikan persiapan untuk menempuh perjalanan itu benar-benar siap.
Waktu itu (7/12/19), saya berangkat dengan kereta dari Cirebon Prujakan berangkat pukul 09.37 dan tiba di Stasiun Lempuyangan sekitar pukul 14.55.
Jika ingin langsung ke Malioboro dari Stasiun Lempuyangan, kita bisa berjalan ke arah timur dari pintu keluar stasiun sampai  Flyover. Lalu memesan jasa ojek online ke Jl. Malioboro.
Kenapa harus jalan dulu ke flyover?
Karena ojek online tidak diperbolehkan masuk ke area Stasiun Lempuyangan untuk menjemput penumpang. Kalaupun kita pesan dari Stasiun Lempuyangan, ujungnya driver tetap akan menunggu di bawah flyover.
Biaya ojek online dari Stasiun Lempuyangan ke Jl. Malioboro kurang lebih Rp9.000.
Atau jika tidak ingin menggunakan jasa ojek online, kita bisa berjalan ke arah barat dari pintu keluar stasiun ke Jl. Hayam Wuruk sampai halte trans Jogja. Tanyakan pada petugas di halte, rute Trans Jogja untuk sampai di Malioboro. Ongkos Trans Jogja adalah Rp3.500 sekali perjalanan. (Waktu itu, saya pakai ojek online, jadi tidak tahu naik Trans Jogja rute berapa untuk sampai di Malioboro 😂)
Di Jalan Malioboro, kita bisa berfoto ria di bangku-bangku kayu dengan latar lampu-lampu taman yang akan dinyalakan menjelang Maghrib yang membuat fotomu terlihat Jogja Banget. Untuk mencharge energi setelah berfoto-foto, kita bisa mencicipi lesehan khas Jogja, sate, gelato, atau makanan-makanan lain yang dijajakan di sepanjang jalan. (Untuk agenda foto atau makan, sebenarnya terserah mau apa dulu, yang penting ada agenda makan :D)

Nah, untuk malam hari di Jogja, banyak yang menyediakan penginapan, mulai dari kos harian, hostel, atau hotel. Tinggal suruh asisten google aja yang cari biar ngga ribet 😂. Harganya cukup beragam, ada yang 100rb ke bawah, dan banyak juga yang di atas 100rb. Jadi ngga perlu khawatir akan jadi gelandangan di Jogja. Kalau mau ngga tidur juga oke-oke saja kalau kuat, karena Malioboro pun tidak tidur. Tapi baiknya, tubuh diistirahatkan agar keesokan harinya dapat berkeliling Jogja lagi dengan fresh.
Waktu itu, saya menginap di kos-kosan salah satu teman saya yang masih kuliah di UIN Suka, tidak gratis memang, tapi bayarnya murah banget, cuma Rp20.000 per malam. Jauh lebih murah dari pada cari kosan harian apalagi hotel.
Paginya, saya melanjutkan perjalanan ke Candi Borobudur, tidak berkeliling kota Jogja, karena dari awal pun, agenda utama cuma Malioboro dan Candi Borobudur.
Kalau diperhatikan, perjalanan dari Stasiun ke Malioboro, ke tempat penginapan, dan ke Borobudur (nanti), kita sudah bisa melihat icon-icon Jogja yang hits itu, di antaranya Pasar Beringharjo, Titik 0 KM Jogja, Taman Pintar, Gembira Loka Zoo, Tugu Jogja, dan lainnya bisa kita lihat ketika dalam perjalanan. Karena saya akan kehabisan waktu jika mengunjungi semuanya (Semoga di lain waktu tidak cuma dilewati).
Kembali ke perjalanan kita menuju Borobudur.
Untuk menuju Borobudur, dari Jogja terlebih dahulu kita mencari Trans Jogja atau angkutan lain menuju terminal Jombor. Barulah dari Terminal Jombor, kita menuju Terminal Borobudur.
Dari Jogja ke terminal Jombor, bisa menumpang Trans Jogja rute 5B. Kalau kita tidak menemukan halte yang dilewati oleh Trans Jogja rute 5B, naik saja Trans Jogja rute apa saja. Lalu bilang ke petugas di halte, "Kita mau ke Jombor". Nanti petugas akan mengarahkan kita untuk naik Trans Jogja rute tertentu sampai kita naik Trans Jogja rute 5B.
Ongkos Trans Jogja hanya sekali bayar, yakni Rp3.500 di awal kita akan naik. Selanjutnya walaupun kita berganti-ganti Trans, tidak dikenakan biaya apabila tidak meninggalkan halte (selama hanya transit di halte). Perjalanan ke terminal Jombor sekitar 30 menit lebih (Saya lupa menghitung lama perjalanan).
Setelah sampai di terminal Jombor, kita harus naik bus jurusan Borobudur sekitar 1 jam, dengan ingkos Rp20.000. Biasanya bus akan ngetem dulu sampai batas waktunya atau bus sudah terisi. Jadi sabar ya.
Sampai di terminal Borobudur, untuk ke candi, kita bisa jalan kaki dengan biaya Rp0 kalau tidak beli minuman. Jaraknya lumayan dekat, cuman 700 meter-an/ sekitar 10-15 menit. Atau bisa juga naik ojek dengan ongkos Rp5.000, atau naik becak dengan ongkos Rp15.000/becak (2 orang).
Sampai di Borobudur, ada baiknya kita siapkan air minum, jangan sampai terdehidrasi di sana. Tapi tidak usah membawa makanan ya, karena makanan akan di sita di pintu masuk Candi Borobudur.
Harga tiketnya lumayan mahal menurut saya 😅 yaitu:
Rp0 untuk bayi usia 0-2 tahun
Rp30.000 untuk anak usia 2-11 tahun
Rp50.000 untuk usia 11 tahun ke atas.
Harga tiket masuk ini khusus untuk wisatawan Domestik. Untuk wisatawan mancanegara beda lagi.
Kawasan Candi Borobudur memang selalu ramai, dan jika membawa anak-anak, pastikan mereka tidak hilang. Dan juga, selalu hati-hati, dan taati peraturan. Di antara peraturan yang paling banyak disuarakan petugas adalah jangan menaiki stupa-stupa di Candi, karena dikhawatirkan akan merusak stupa itu. Juga jangan mencoret-coret, dan jangan meninggalkan SAMPAH.
Berfoto di Candi Borobudur juga tidak kalah bagus dari pemandangan di Malioboro, di sini bisa foto sepuasnya kalau tidak merasa panas 🤣. Dan tips nih, jika kita ingin foto dengan sedikit orang (r:kelihatan sendiri) di Candi Borobudur, ada baiknya tunggu sampai tengah hari. Karena di jam-jam 11-12 siang, orang-orang kepanasan dan banyak yang memutuskan untuk segera turun atau ngadem di bagian-bagian candi yang terkena bayangan.
Untuk sampai di pintu keluar candi, butuh perjuangan ekstra. Karena jalan yang harus ditempuh lebih dari 2,5 km (kira-kira). Siapkan air minum dan tenaga, karena setelah turun dari Candi, kita harus melewati taman dan pasar yang panjangnya minta ampun.
Kalau kita ingin membeli oleh-oleh khas Borobudur yang murah, ada baiknya jangan langsung membeli pada pedagang yang menjajakan langsung sambil mengikuti kita tanpa menawar. Tawar dulu sampai harga yang pas menurut kantong. Karena harga di pedagang di pintu dengan di pasar Borobudur jauh sekali, bisa berlipat-lipat.
Untuk mengisi tenaga kembali setelah jalan kaki cukup jauh, bisa mampir di kedao-kedai setelah keluar dari pasar Borobudur. Harganya memang lebih mahal dari pada harga makanan di luar karena masih di area wisata.
Setelah makan, kalau masih ingin berkeliling wisata lain di area Borobudur, kita bisa mengunjungi tempat wisata Gereja Ayam dan Punthuk Setumbu yang jaraknya lumayan dekat dekat dengan Candi Borobudur.
Untuk kembali ke Jogja, transportasi yang digunakan sama saja dengan ketika dari Jogja ke Borobudur, tinggal dibalik arahnya.
Dari Borobudur, ke terminal Borobudur, lalu ke terminal Jombor, lalu naik Trans Jogja rute 5B untuk sampai di Jogja.
Saya tiba kembali di Jogja (Malioboro) pukul 14.50, saya shalat, istirahat, dan lainnya di masjid di jalan Malioboro. Lalu mencari makanan dan menikmati suasana sore hari di Malioboro tanpa berfoto. Hanya menikmati. Rasanya tenang, dan tidak ingin berlalu.
Kereta saya berangkat pukul 21.26, jadi sebelum Maghrib, saya kembali ke masjid sampai setelah isya. Setelah isya, barulah bisa berbelanja oleh-oleh sambil menunggu jadwal kereta.
Dari ujung jalan ke ujung jalan yang lain, bisa ditemukan berbagai macam oleh-oleh yang bisa dibeli untuk mantan, gebetan, teman dekat, dia yang ngga peka, keluarga, sahabat, tetangga, atau untuk siapapun. Mulai dari bakpia, wingko, dan makanan lain, tas, sandal, kaos, batik, dan aneka fashion yang lain, gantungan dan aksesoris lain, dan lainnya. Saking banyaknya toko-toko yang berjejer, mungkin semuanya ada di sana, kecuali Jodoh. Karena selama 2 hari 1,3 malam di sana, saya belum juga menemukan Jodoh saya 😂. Dan mungkin jodoh saya memang bukan di Jogja.
Sekian pengalaman ini, semoga bermanfaat, dan terimakasih telah membaca.

Dan satu lagi, terimakasih Jogja, Tika Nurulliya, dan Khofifah Cingop, sudah menutup akhir tahun ini dengan kenangan yang indah tak terlupa.






Komentar