Aku Pena

Perjalananku adalah sebuah episode dari triliyunan lebih kisah yang terpapar indah di permukaan bumi ini.
Dalam adegan yang kumainkan, pernah kutemui seseorang yang kusebut sahabat. Dia tak sempurna, tak berbeda denganku. Namun kesempurnaan itu tumbuh tatkala ia mampu menerima dengan hati bahagia penuh syukur pada-Nya.
Hari-hari panas menyengat, malam dingin bernyamuk, perang ganas melawan kantuk, melewati jalan terjal panjang, memecahkan bebal, dan waktu-waktu panjangku bersamanya. Pun duka yang menjerat, air mata yang kami bagi, kesedihan yang mengungkung, sempurna membuat potongan episode bersamanya membuatku merindu di masa depan. Dia biasa, namun istimewa dengan posisinya tersendiri.
Banyak kisah dalam perjalanan yang kulalui, sedikit menyumbang gores dalam catatan umur bumi jikalah tertuliskan.
Jika kami adalah sepasang benda, maka dia adalah pena dan akulah kertas kosong. Dia mengajarkanku bermacam garis, bentuk, warna, rupa, dan hikmah atas setiap adegan yang terperankan.
Tak hanya itu, dalam kesempatan yang lain dia berperan layaknya secarik kertas, dan pena adalah aku. Dia putih yang siap dikotori dengan gores tak karuan yang kubuat, sedia kubuat lusuh, bahkan robek tak jarang menghampirinya.
Dia tulus. Membiarkanku memoles harinya, menghabiskan ruang kosong di setiap jarak antar titik-titik hitam yang kutinggalkan.
Layaknya pena, tak cukup satu halaman yang kugores dalam kisah singkat ini. Kugores ribuan lembar. Kuubah putihnya menjadi kotor. Kubuat rapinya menjadi lusuh, utuhnya menjadi robek.

Dia membuat diri fakir ini merasa ada, membuat perjalanan ini menemukan secuil kebaikan dan titik balik untuk terus melangkah. Dia yang memberiku contoh berharga, yang menjadi inspirator untukku menentukan untuk menjadi siapa.
Terima kasih, sahabat .... Hati ini akan senantiasa merindu.

Cirebon, 20 November 2016

Komentar